Senin, 01 April 2013

Malaysia Terancam Perang sipil



kendaraan lapis baja dikirim untuk memperkuat ratusan tentara Malaysia di Lahad
Sabah, Padek—Angkatan bersenjata Malaysia kini tak lagi memandang sebelah mata kemampuan pasukan Kesultanan Su­lu yang menyusup ke Negara Bagian Sabah. Untuk menghadapi ratusan gerilya­wan Sulu yang mulai menginfiltrasi ke Sabah pada pertengahan Februari itu, pemerintah Malaysia menambah dua batalyon tentara dan mengirimkan kenda­raan lapis baja. Anggota tentara negeri jiran tersebut diberangkatkan menggu­na­kan pe­sawat komersial dari beba­ra­pa kota.

Kepala Angkatan Darat Malaysia Zulkifeli Mohd Zin me­ngatakan, pasukan Sulu yang menyusup ke negerinya sebe­narnya tidak terlalu kuat. Na­mun, untuk melindungi warga Sabah, dia telah mengirimkan tambahan dua batalyon tentara lagi ke daerah Semporna dan Kunak.

Menurut Zulkifeli, pasukan Sulu ini datang menggunakan perahu kecil dari Pulau Sibutu, sekitar 25 menit dari Sem­porna. Itulah mengapa pasu­kan Malaysia sulit mendeteksi kedatangan mereka. “Mereka datang menggunakan pakaian sipil, masuk ke Sabah, berkum­pul dan mengganti dengan seragam militer,” kata Zulkifeli seperti dikutip The Star ke­marin (4/3).

Dia mengatakan, pasukan Sulu yang berjumlah tak sam­pai 300 orang tidak hanya berdiam di Lahad Datu, tapi menyebar hingga ke Kunak dan Semporna. Warga di Desa Ki­na­batangan dan beberapa desa lainnya di Sabah juga mengaku melihat orang-orang bersenjata yang diduga pasukan Sulu. Hingga kini, sudah 27 orang dilaporkan tewas dalam baku tembak antara aparat kea­manan Malaysia dengan pasu­kan Kesultanan Sulu. Sebagian besar besar korban adalah anggota pasukan Sulu.

Dari Filipina, Nur Misuari, pimpinan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) minta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kon­feren­si Islam (OKI) turun ta­ngan menangani konflik di Sabah agar tidak membesar. Nur Misuari juga menawarkan dirinya menjadi mediator kon­flik antara Malaysia dan Sulu. “Tapi syaratnya, pemerintah Filipina tidak boleh terlibat,” tutur Nur Misuari kepada ha­rian The Philippine Star di Manila kemarin.

Misuari juga me-warning Perdana Menteri Malaysia Na­jib Razak agar tidak mengania­ya warga keturunan Moro yang tinggal di Sabah. Dia minta Najib Razak menurunkan into­nasi suaranya bila menyebut warga Moro atau Sulu. “Darah para saudara kami di sana (Sabah) adalah suci. Kami tidak ingin situasi yang berkembang di sana memicu kami untuk ikut berperang. Kami tidak suka itu,” imbuh Misuari.

Gapul Hajirul, ketua divisi politik MNLF, mengingatkan Malaysia agar lebih bijak kare­na konflik di Sabah bisa ber­kem­bang menjadi perang sipil. Menurut dia, saat ini lebih dari 8.500 warga Sabah merupakan keturunan suku Sulu, Tausug, dan Moro yang berpotensi mendukung Kesultanan Sulu.

“Saya khawatir terjadi pe­rang sipil karena ribuan orang keturunan bangsa kami tinggal di Sabah. Saudara-saudara kami suku Tausug, Sulu, dan Samal di Tawi-Tawi (pulau Filipina yang berdekatan de­ngan Sabah) bisa ikut ber­perang di Sabah,” kata Hajirul.

Sementara itu, Abraham Idjirani, juru bicara Kesultanan Sulu, menuding pasukan Malaysia telah membunuh seorang imam bersama empat orang putranya di wilayah Semporna. Imam ini diduga membantu pelarian beberapa orang ke­ponakan Sultan Sulu Jamalul Kiram III.

Peristiwa itu terjadi Sabtu lalu (2/3) saat pasukan Malaysia tengah menyisir lokasi men­cari anggota keluarga Kesulta­nan Sulu. Menurut Abraham, yang diburu adalah Alianapia Kiram, adik Sultan, dan Amer Bahar Kiram, keponakan Sultan. Keduanya telah tinggal bertahun-tahun di Semporna dan tidak terlibat pendudukan Lahad Datu yang dipimpin Raja Agbimuddin Kiram.

Menurut dia, saat itu pasu­kan Malaysia menyisir rumah-rumah warga sipil dan sampai ke kediaman Imam Maas. “Ke­pada para tentara imam ini mengaku telah melayani para keturunan Sultan. Maas dan empat putranya langsung diha­bisi,” ujar Abrahan seperti dilansir ABS-CBN News. Na­mun pemerintah Malaysia be­lum mengonfirmasi kabar pe­nembakan Imam Maas itu.

Sebuah kantor berita di Filipina menuliskan bahwa korban tewas telah mencapai 27 orang. Sebanyak 14 di anta­ranya adalah anggota pasukan Sulu, tujuh polisi Malaysia, seorang pemilik rumah tempat Agbimuddin Kiram tinggal di Desa Tanduo, dan Imam Maas beserta keempat putranya.

Dari tanah air, pemerintah Indonesia telah mengamankan WNI yang ada di Sabah. Seki­tar 162 WNI pekerja ladang sawit diungsikan. Direktur Informasi dan Media Kemen­terian Luar Negeri PLE Priatna menga­takan, 162 WNI di La­had Datu telah diungsikan ke kawasan sekitar 6 km dari pusat konflik.

Konjen RI di Kota Kinabalu Soepeno Sahid mengatakan, kondisi WNI dalam kondisi aman. Pihaknya berkomitmen terus memantau dan berko­munikasi dengan aparat se­tempat.

Seperti diwartakan, Sabah yang kini menjadi bagian Malaysia, dulu merupakan wilayah Kesultanan Sulu yang dise­wakan kepada pemerintah ko­lo­nial Inggris. Setelah Perang Dunia II, Inggris berniat me­ngem­balikan Sabah ke Kesul­tanan Sulu. Lalu dilakukan pemungutan suara untuk me­nen­tukan apakah rakyat Sabah memilih bergabung dengan Malaysia atau kembali ke Ke­sul­tanan Sulu. Hasilnya, rakyat Sabah memilih bergabung de­ngan Malaysia. Sabah sendiri punya kekayaan alam yang melimpah. Berdasar catatan 2011, wilayah Sabah punya cadangan gas alam 11 triliun kaki kubik dan cadangan mi­nyak 1,5 miliar barel.

Aksi penyusupan berlang­sung setelah Kesultanan Sulu merasa dirugikan dengan kese­pakatan damai antara peme­rintah Filipina dan Moro di Kepulauan Mindanao. Kesepa­katan yang dimediasi Malaysia pada Oktober 2012 itu menye­but Mindanao, termasuk Sulu, sebagai wilayah otonomi dan memberikan sebagian besar wilayah untuk dikelola secara independen.

Kesepakatan tersebut me­nyebabkan Kesultanan Sulu di Filipina bagian selatan tidak mendapat lahan lagi dan ber­niat merebut wilayah mereka di tempat lain, yaitu Sabah. Itulah sebabnya aksi pendu­dukan orang Sulu ini meru­pakan masa­lah yang pelik bagi pemerintah Malaysia dan Fili­pina. Tentara Sulu sendiri sudah terbiasa melakukan perang gerilya di daerah Fili­pina Selatan yang selama ini menjadi basis pe­juang Moro dan kelompok Abu Sayyaf. (AFP/gen/oki/jpnn)

Sumber ; Padangekspres.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GELIGA BUNIAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger